-WELCOME TO MY BLOG- -FOLLOW THIS BLOG- -FOLLOW MY TWITTER- THANK YOU

Jumat, 21 Desember 2012


prolog cerita nganggur

0

boleh laaah~~ nge post prolog cerita nganggur di komputer ane.. hahaha ini cerita gak pernah selesai.. XD ada yang minat lanjutin silahkan#ngarep. yaaa mana tau ada yang terinspirasi.. 


“aku percaya keajaiban itu ada, walaupun hanya tampak sedikit di dunia ini”
 “aku percaya hidup memang sudah di tentukan, tapi perubahan itu ada dan dimulai sejak kita mengambil keputusan!”

PROLOG

Seperti biasanya sebelum berangkat sekolah, aku memohon agar didatangkan seorang teman yang dapat menerimaku. Hal ini jadi kegiatan rutinku di pagi hari. Karena aku setuju bahwa “mencari teman itu sulit”. Dan hari ini, satu hal yang kurasakan adalah ada yang akan terjadi, sesuatu yang tak biasa.
Ramai ramai suasana di kelas membiacarakan satu topik tentang anak baru. Semua memperkirakan fisik, karakter, dan kepintaran anak baru itu. tapi aku, hanya berharap ia mau jadi temanku bukan musuhku. Itu yang selalu kuharapkan jika bertemu dengan orang baru.
Kelas telah dimulai, ibu Ery –guru kami memperkenalkan murid baru itu. Murid yang ditunggu kehadirannya pun memasuki kelas. Aku memperhatikannya sejak ia memasuki kelas. Bola matanya bulat dan berwarna coklat. orang yang ramah pikirku. Ini berarti kesempatan baik untukku mendapatkan teman.
“namaku Hendra stinkru, salam kenal” setelah memperkenalkan diri, ia dipersilahkan duduk. Ibu Ery menunjuk bangku kosong di sebelahku. Beberapa murid di kelas bebisik bisik tentang nama stinkru “nama yang aneh” aku pun berpikir demikian.
 “hai” sapaku padanya ketika ia telah duduk.
Ia melihatku untuk mengetahui siapa yang menyapanya. “hai” balasnya, aku tersenyum tapi ia tak membalas itu. Dari dekat ia tampak seperti orang  yang pendiam dan dingin, berbeda dengan saat ia berada didepan kelas tadi. Aku sedikit kecewa.
“namaku Aliyya anindita, kuharap kita bisa berteman baik”
“ya” jawabnya. Kali ini ia menjawab tanpa melihatku.
Sekarang aku berpikir ini bukan awal yang baik. Aku memang tidak bagus untuk soal sapa menyapa. Sejenak aku memikirkan nama “stinkru”. Aku ingin sekali bertanya tapi mengingat aku tak pandai bicara maka ku urungkan niat itu. Mungkin dia bukan tipe orang yang suka banyak bicara.
Waktu pulang sekolah pun tiba. Sebelum keluar dari gerbang sekolah, aku melihat Hendra di dekat gerbang. Ia seperti sedang kebingungan. Aku mendatanginya untuk bertanya.
“ada apa?”
“apakah ini jadi urusanmu?” sekali lagi ia tak melihatku, seolah olah dia benar benar sudah tau siapa yang berbicara padanya.
“maaf, aku Cuma melihatmu kebingungan dan ingin membantumu”
“aku tak butuh bantuan, jadi kau tak perlu membantuku”
“baiklah. Mmm” aku mencari bahan bicara lain. Aku mencoba untuk bisa bicara terus. “kau pindahan dari mana?”
“apa itu sebuah basa basi? Penting untukmu tau?” Sekarang aku berpikir kalu dia itu adalah laki laki yang ketus dan sangat sangat dingin.
“hmm tidak begitu penting siih..” aku tak tau lagi mau berkata apa. “kalau begitu, aku pulang duluan ya” lebih baik aku pulang dibanding mati kutu dan membuat malu karna tak mampu bicara apa apa lagi.
“ya”
Aku memang payah. Aku seharusnya tak memulainya. Ini mebuatnya jadi kesan yang buruk.
***
“aku pulang! Ayah dirumah?” tanyaku sesampainya di rumah.
“iya, anakku. Ayah menyelesaikan tugas lebih cepat hari ini.”
“ooh, itu bagus, yah”
“bagaimana sekolahmu?”
“baik baik saja. Hari ini ada anak baru di sekolahku.” Aku dan ayah duduk di meja makan. “aliyya mencoba berbicara padanya, tapi ia orang yang ketus dan ia selalu menjawab singkat. Apa itu buruk?”
“mungkin itu memang karakter dia, kamu gak perlu gelisah. Lama kelamaan juga kamu bisa akrab dengannya. Sekarang kamu mandi dulu, ya.” kata ayah.
Aku mengangguk dan bergegas untuk mandi. Ayah memang satu satunya tempat untukku bercerita, tapi ayah berkerja dari pagi hingga malam. Setelah ibu meninggal, ialah yang menjagaku sekaligus mencari uang untuk menghidupi keluarga selama ini. aku tahu tak mudah melakukan keduanya bersamaan tapi itulah ayah. Makanya, aku tidak ingin merepotkannya, aku tahu sulit menjadi orangtua tunggal sepertinya. Tapi ayah adalah orangtua yang hebat. Walaupun ibu telah tiada, aku selalu menyayanginya.

0 komentar:

Posting Komentar